Topik kali ini adalah terlambat. Ini bukan tulisan motivasi, lebih ke refleksi aja.
Di bulan mei ini aku mau nulis bebas mengenai apapun yang ada di pikiranku, apa yang sedang aku pelajari, dan apa yang bisa aku share untuk pembaca. Targetnya membiasakan nulis 30 menit tiap hari di blog ini sebagai bahan refleksi dan latihan untuk menulis
Menurut KBBI1, terlambat adalah (v) melewati waktu yang ditentukan; tidak tepat waktu. Contohnya janjian jam 09.00, dateng jam 09.01 sudah termasuk terlambat. Apakah kata terlambat itu mengandung konotasi negatif? Tidak juga, tergantung konteksnya.
Misalnya, dalam sudut pandang orang produk, kita menunda (terlambat) dari jadwal rilis untuk menghasilkan produk yang lebih baik atau terhindar dari error. Tapi, dalam sudut pandang orang marketing, yaa rugi dong, sudah diplanning untuk rilis produk namun tidak jadi.
Dari artikel di Waitbutwhy2, terlambat itu ada 2 jenis:
- Oke gapapa terlambat. Orang terlambat yang engga berdampak buruk ke orang lain. Misalnya, meeting bisa dimulai tanpa kehadiran orang itu.
- Terlambat yang buruk. Orang terlambat yang berdampak buruk ke orang lain. Misalnya, orang yang terlambat ke meeting, sehingga meetingnya jadi molor.
Nah, kamu termasuk yang mana?
Dalam konteks hidup, aku pernah merasa terlambat. Dan ini membuat aku merasa tidak nyaman, sangat tidak nyaman. Hal ini terjadi di usia 20-an awal. Aku seringkali merasa bersalah kalau engga melakukan aktivitas apa-apa, produktif terus tiap hari. Entah itu belajar, kerja, atau berkontribusi ke orang lain. Aku tidak berhenti untuk do something, tapi tetap saja ada rasa tidak puas dan merasa terlambat.
Ada beberapa hal yang aku rasakan terlambat dalam hidupku.
- Terlambat daftar kuliah (alias harus gap year dulu setahun), karena ga lolos seleksi masuk PTN
- Baru mulai keluar dari zona nyaman (introvert) buat ikut event dan organisasi pas Kuliah
- Terlambat lulus kuliah (alias 5 tahun)
- Hidup sudah 20 tahun lebih, tapi baru sadar pentingnya investasi keuangan.
- Terlambat belajar bahasa asing
- 20 tahun, ekonomi keluarga masih jalan di tempat
dan masih banyak lagi.
Apakah artikel ini tentang motivasi? Haha nggak, lebih ke refleksi aja dan aku hubungkan dengan research dari beberapa sumber. Mungkin ini adalah keresahan tiap orang sebelum mau tidur malah kepikiran, “Kenapa ya aku…? Kenapa ya gabisa kaya dia?” yang muaranya pada pertanyaan yang sama, “merasa terlambat dalam hidup”.
Dari beberapa sumber yang aku baca, ada beberapa alasan kenapa kita merasa terlambat dalam hidup:
Perbandingan sosial. Kita sering membandingkan diri kita dengan orang lain. Misalnya, teman seangkatan sudah punya rumah, mobil, dan keluarga. Sedangkan kita masih sewa rumah, naik motor, dan belum punya pacar.
Perasaan tidak puas. Kita sering merasa tidak puas dengan apa yang kita miliki. Misalnya, kita sudah punya pekerjaan yang bagus, tapi kita merasa tidak puas karena gaji kecil.
Perasaan tidak percaya diri. Kita sering merasa tidak percaya diri dengan kemampuan kita. Misalnya, kita sudah punya ide bisnis yang bagus, tapi kita merasa tidak percaya diri untuk mewujudkannya.
Perasaan takut gagal. Kita sering merasa takut gagal dalam mencapai tujuan hidup. Misalnya, kita sudah punya rencana untuk mengejar cita-cita, tapi kita merasa takut gagal.
Perasaan tidak berharga. Kita sering merasa tidak berharga dalam hidup. Misalnya, kita sudah punya segalanya, tapi kita merasa tidak berharga.
Dari point-point tersebut, aku jadi mikir bahwa merasa terlambat itu relatif. Semuanya bermula dari pemikiran internal kita sendiri dan “kebutuhan” kita untuk membandingkan diri kita dengan hal external.
Apakah membandingkan diri dengan orang lain salah? Tidak juga, asal porsinya pas. Agar bisa menjadi motivasi biar lebih semangat, bukan jadi demotivasi.
Dulu saat gagal masuk PTN, aku down hampir semingguan (merasa gagal & terlambat). Males makan, males melakukan aktivitas apapun, tiap hari tidur. Hingga akhirnya aku melanjutkan kegiatan yang aku suka, yaitu ngoding untuk mengalihkan perhatian dan merasa produktif. Dan ternyata, aku jadi lebih produktif dan lebih bahagia.
Sekarang, aku sudah lebih dewasa dalam menghadapi masalah dan tantangan. Aku lebih bisa menerima keadaan dan berpikir positif. Aku lebih bisa menghargai diri sendiri dan orang lain. Dan lebih bisa bersyukur atas apa yang aku miliki.
Ketika kita berbicara tentang “terlambat dalam hidup,” kita melihat bahwa perubahan psikologis yang terjadi setelah krisis separuh umur dapat memberikan pandangan yang berharga.
Happify3 yang melakukan analisa data terhadap 88.000 orang menunjukkan bahwa meskipun stres meningkat seiring bertambahnya usia, respons emosional terhadap stres tersebut mengalami penurunan. Ini berarti, meskipun seseorang mungkin mengalami lebih banyak tekanan dan stres di usia tiga puluhan dan empat puluhan, mereka cenderung lebih baik dalam mengelola emosi negatif dan menemukan cara untuk meningkatkan kebahagiaan dan kepuasan hidup mereka.
Dalam konteks “terlambat dalam hidup,” ini mengindikasikan bahwa ada proses positif yang terjadi seiring bertambahnya usia. Seseorang mulai memahami cara mengatasi stres, mengatur emosi, dan menempatkan segala sesuatu dalam perspektif yang lebih luas. Hal ini menunjukkan bahwa penuaan psikologis membawa kebaikan, dan bahwa kesulitan yang mungkin dialami pada tahap-tahap awal kehidupan adalah bagian dari perjalanan yang membawa kita ke pemahaman yang lebih dalam tentang diri kita dan dunia di sekitar kita.
Bagaimana caraku sekarang bisa berdamai dengan pikiran “aku merasa terlambat”?
Aku percaya bahwa tiap orang punya jalan hidup masing-masing. Ada yang cepat, ada yang lambat. Ada yang sukses di usia muda, ada yang sukses di usia tua. Yang penting adalah kita harus tetap berusaha, tetap berdoa, dan tetap bersyukur atas apa yang kita miliki. Kita harus percaya bahwa setiap orang memiliki takdirnya masing-masing, dan bahwa kita harus menerima takdir tersebut dengan lapang dada.
Bersyukur karena bisa makan mie instan,
Bersyukur karena bisa beli seblak,
Bersyukur karena bisa tidur di kasur empuk,
Bersyukur masih bisa bernapas,
Bersyukur masih bisa main game,
Hal kecil yang sering kita lupakan, tapi sangat berharga.
Dalam kamusku, terlambat dalam hidup adalah ketika aku sudah meninggal dunia.
Tidak ada kesempatan lagi untuk kembali.
#iniBukanMotivasiYaa